Cerpen Artika Sari
Jam dinding menunjukkan pukul 22.00. Malam itu begitu gelap gulita karena hujan membasahi bumi dan petir yang menyambar begitu kencang. Mataku begitu kosong, dan tetesan tetesan air mata pun jatuh membasahi pipi.
Lagi, lagi, dan lagi. Ayah dan ibuku bertengkar kembali, entah sejak kapan itu terjadi, tetapi karena kejadian itu aku tidak merasakan kasih sayang kembali di dalam keluargaku.
**
Sang mentari bersinar dengan senyuman baru, dan dengan harapan kejadian itu takkan terjadi kembali.
Jam menunjukkan pukul 06.30 dan akupun bergegas ke sekolah dengan semangat walaupun perutku begitu lapar.
SMA Badak Bercula 1 itulah nama sekolah, Dan Andita Putri Lestari itulah namaku. Aku tergolong anak yang rajin, pintar, berprestasi, dan mempunyai paras yang cantik.
"Eh eh, hari ini dibagikan nilai ulangannya, yah?" ujar Dio, salah satu teman lelakiku.
"Eh iyah iyah," ujar yang lainnya.
Namun aku begitu tampak termenung, semangatku kian pudar kembali, karena mengingat kejadian itu.
"Dorrr.... Eh Andita kenapa kok kamu lesu amat," ujar salah satu temanku.
"Hehe gak papa," teman-temanku memang mengenalku anak yang ceria.
"Tet..tet..tet.." suara bel berbunyi pertanda kegiatan belajar mengajar dimulai. Bu Nuri pun datang, salah satu guru favorit, dan ia sekaligus wali kelasku. Bu Nuri membagikan kertas hasil ulangan. Dan begitu terkejutnya diriku, melihat hasil ulangan yang turun sangat drastis, Aku pun termenung, ingin rasanya menangis, tetapi aku harus menahannya, Aku tidak tahu sampai terjadi hal seperti ini karena aku sangat ingin membanggakan mama dan ayah melalui prestasi-prestasiku.
Kegiatan belajar mengajar telah usai dan aku dipanggil oleh Bu Nuri. Ia telah menyadarinya. Aku tahu ini akan terjadi dan aku harus memberitahu guruku.
Aku menceritakan apa yang terjadi dan apa yang aku rasakan kepada guruku. Tak kusangka, lagi dan lagi tetesan air mata membasahi pipi. Bu Nuri mengerti itu dan berjanji akan membantuku.
**
Aku sampai di rumah, dan pergi ke kamar, meluapkan segala apa yang kurasakan, Sampai terlelap dalam mimpi-mimpi indah yang dapat melukiskan senyum indah di bibir gadis cantik ini.
Mamah dan papah pulang, dan aku terbangun. Jam menunjukkan 20.05. Ketukan suara pintu. Aku sangat berharap Bu Nuri datang, dengan penuh semangat aku membukakan pintu. Betapa senangnya setelah kulihat Bu Nuri berdiri di depan pintu. Aku mempersilahkan Bu Nuri untuk duduk di ruang tamu dan memanggil Mama dan Ayah. Aku menyiapkan minuman dan makanan ringan untuk Bu Nuri dan aku duduk di kursi bersama Mamah, Papa, dan Bu Nuri.
"Maaf Bu ada keperluan apa yah datang kemari?" Mamah memulai pembicaraan.
"Maaf sebelumnya Pak, Bu Andita. Begini, Adita akhir-akhir ini nilainya sangat anjlok sekali. Setelah ia bercerita apa yang terjadi dan apa yang dirasakan selama ini, saya merasa kasihan pada Andita. Ia masih kecil tapi harus merasakan ini. Ia anak yang cerdas dan ceria, jaga ia baik-baik yah Pak, Bu. Saya harap kejadian ini tidak terulangi lagi, karena Andita anak yang baik, jangan sampai Bapak dan Ibu kehilangan anak seperti dia," ujar Bu Nuri.
"Iyah Bu," ujar Mamah dan sambil menetaskan air mata, Mamah memeluk diriku. Aku sangat bahagia, sudah lama aku tidak merasakan hal seperti ini. Mamah dan Ayahpun meminta maaf kepadaku dan tidak akan mengulanginya lagi, karena mereka menyadari bahwa cinta dan kasih sayang sangat berfungsi dalam sebuah keluarga.
Akupun merasakan cinta, kasih, sayang, dan diperhatikan kembali. Rasa ini emang sangat menyenangkan. "Aku sayang Mamah dan Papah," ujarku dalam hati. (*)
Artika Sari adalah Zetizen Jurnalistik 2021. Siswi SMAN 3 Kota Serang. Tinggal di Taktakan.
Keren banget, dari cerita ini kita bisa mengetahui bahwa kasih sayang disaat kita terpuruk itu sangat di perlukan jadi bukan memarahinya namun mensupportnya untuk kembali bangkit dan itu pasti akan menumbuhkan hal positif yg lebih baik, terima kasih yaa
BalasHapus