![]() |
Ilustrasi net. |
Cerita Mini
Oleh Nur Hayati
Aku adalah
seorang yang merasa tidak pernah merasakan
kebutuhan entah itu dari segi
teman atau orang sekitar aku.
Manis pahit kehidupan ini sudah aku rasakan semenjak 2009, tepatnya saat aku berusia 6 tahun. Di
saat itu aku merasa tidak ada yang pernah sayang padaku.
Aku kurang
beruntung dalam hal apapun itu.
Pada waktu
itu aku pernah di-bully. Di-bully karena aku adalah seorang anak tukang asongan,
di mana waktu itu keluarga aku merasa direndahkan dan dikucilkan.
Perekonomian
keluarga aku di waktu itu memang memburuk. Terkadang aku makan sehari sekali,
kadang besoknya juga nggak makan sama sekali.
Singkat
cerita, aku pun bertekad untuk berjualan di
usia 9 tahun. Tepatnya aku sedang duduk di kelas 4 SD.
Seharusnya
di usia tersebut aku merasakan kesenangan tapi di sisi lain aku juga bersyukur mempunyai
keluarga yang selalu mengajarkan aku tentang makna hidup.
Nah di usia
tersebut aku mulai berjualan buah-buahan, gorengan, dan apapun yang bisa dijual
dan bisa untuk membeli segenggam nasi bapak. Terkadang sehari bapak menghasilkan
uang sekitar Rp 15 ribu-Rp30 ribu dan di waktu itu uang segitu keluarga aku
belum membeli beras dan kebutuhan yang lainya.
Dari tahun
ke tahun akhirnya aku lulus SD. Aku mempunyai sedikit tabungan dan alhamdulilah
uang aku cukup buat masuk ke sekolah menengah pertama. Itu pun dibantu uang
orang tua dan abang.
Aku buktikan
omongan-omongan orang yang mengejek dan mencaci maki keluarga aku bahwa anak
tukang asoanga tidak bakal mampu menempuh pendidikan yang lebih tinggi lagi.
Dengan doa orang tua dan ridho Allah, alhamdulillah pada tahun ini aku dan keluargaku tidak merasa kekurangan lagi. Aku akan tetep berjuang demi membuktikan bahwa anak
tukang asongan bisa dan mampu menempuh pendidikan yang
lebih tinggi. (*)
Nur Hayati,
Zetizen Jurnalistik 2022.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar