![]() |
Ilustrasi net |
Puisi : Muhammad Rangga Saputra
78 tahun t'lah berlalu,
Belum cukup 'tuk tenggelamkan sang raksasa lautan,
Belum cukup 'tuk gelontorkan seisi hutan,
Belum cukup 'tuk menggerus sebutir intan,
Tapi, sudah sangat cukup 'tuk mengubah suatu bangsa di
sebuah daratan.
Dahulu... Mereka juangkan dengan isak tangis,
Tak mundur sebelum raga terbakar habis,
Di atas tanah yang terbakar hangus,
Mereka berjalan di medan tandus,
Daging terbakar tak dirasa panas,
Demi merdeka, mereka berteriak dengan ganas.
Kini... Diteruskan oleh para pengemis,
Yang langsung mundur oleh gerimis,
Janji manis buat mereka haus,
Kenikmatan menjadi pangan yang harus,
Cuitan kecil buat mereka was-was,
Demi ego, rela merendah dengan ganas.
Dahulu... Semesta mereka jadikan lawan,
Maju terdepan meski berpegangan rotan,
Tak lelah berlari di bawah langit temaram,
Harapkan masa depan yang tak kelam,
Menapaki tumpukan tulang belulang,
Membawa gapaian harapan untuk menang.
Kini... Mereka merana 'karna setitik luka di atas tangan,
Hingga memundurkan jiwa di hadapan seonggok rotan,
Riuh meringkuk di balik gelapnya malam,
Mengingat batu kecil yang buat mereka suram,
Berhadapan dengan takdir keras nan malang,
Jadi alasan bagi mereka 'tuk enggan membanting tulang.
Dari bertarung berdarah-darah,
Hingga disambut dengan meriah,
Dari perjuangan yang tragis,
Hingga diingat dengan tangis,
Dari suasana yang tegang,
Hingga diteriakkan dengan lantang.
78 tahun t'lah berlalu,
Sekian jejak kian memudar,
Melupakan titik awal bersandar,
Namun bangsa Indonesia... dengan sadar,
Menarik langkah baru 'tuk terus digelar.
Agustus, 2023
Tidak ada komentar:
Posting Komentar