![]() |
Ilustrasi dari film Only Murders in the Building. |
Oleh Muhammad Iftikar
Mark Twain, novelis berkelahiran Florida itu bilang bahwa komedi merupakan hal indah yang ada di dunia ini, ibarat penyelamat di sebuah akhir. “Begitu muncul, kekerasan menjadi lunak, semua kejengkelan juga kebencian menghilang, dan kecerahan menggantikannya,” kata pengarang yang hidup di era 90-an awal itu.
Beliau nggak salah juga sih, gimana enggak, survey mengatakan 90% dari laki-laki dan 81% dari perempuan dilaporkan melihat selera humor sebagai hal yang dipertimbangkan Ketika memilih pasangan. Humor juga diperlukan bagi mereka yang menjabat sebagai leader, bahkan humor atau tritmen komedi ini digadang-gadang mampu menyembuhkan penyakit kanker. Lantas, apa itu komedi?
DEFINISI KOMEDI
“The best way to kill a joke is to explain it” walaupun begitu, mari kita luruskan beberpa hal secara teoritis agar tulisan ini terdengar serius.
Secara sederhana, komedi merupakan sebuah karya lucu yang bersifat menghibur. Lebih dari itu, para ilmuan berpendapat bahwa komedi atau humor merupakan respon tubuh yang merangsang saraf untuk mengeluarkan energi psikis, loh gimana?
Iya, Plato dan Marus Arelius, filsuf kuno itu juga turut mendefinisikan komedi jauh sebelum Coki-Muslim hadir. Mereka berpendapat bahwa ada dua jenis teori yang memungkinkan terciptanya sebuah komedi. Dua jenis itu ialah superiority theory dan incongruity theory.
Teori superioritas ini membahas jenis komedi secara khusus, ini merupakan sebab mengapa kita kadang tertawa karena kemalangan seseorang. Dalam teori ini humor menandakan secara filosofis tingkat superior seseorang dari yang lainnya.
Terori keganjilan ini menyatakan bahwa komedi tercipta karena dua ide yang kontras dipertemukan, humor sering mematahkan harapan dan punchline merupakan jawaban tak terduga yang membuat kita merespon keadaan sebagai ‘lucu’. Coba lihat ke sebuah kutipan yang dilempar oleh Albert Einstein:
“Insanity is doing the same thing over and over again and expecting different results”
Satir ini ditunjukan pada seseorang rajin yang dianggap gila. Melakukan hal yang sama adalah sebuah tragedi, dan dengan berharap hasilnya akan berbeda adalah sebuah punchline yang lucu. (walaupun sekarang kalimat lelucon ini menjadi tidak lucu karena dijelaskan.)
Pola pikir komedi melatih kita untuk melihat sisi dari sebuah tragedi, menyadari bahwa selalu ada hal lain yang bisa dihargai, dan itu merupakan respon yang bisa dipilih.
PENTINGNYA POLA PIKIR KOMEDI
Di zaman yang serba digital ini, ribuan informasi bisa kita dapat dengan mudah. Satu klik di sosial media bisa menimbulkan hujan inspirasi. Alih-alih dipergunakan untuk istirahat dari dunia nyata, kita justru terperangkap dalam sangkar dunia maya, mudah stres, merasa insecure dan yang paling sering adalah mudah tersinggung cuitan orang lain di internet. Di sinilah kamu perlu pola pikir komedi dan memulai seni hidup apa adanya.
Mereka yang memiliki kesehatan mental baik adalah yang mengenal diri sendiri dengan baik. Adriano Qalbi, yang biasa dikenal sebagai komedian dari Podcast Awal Minggu itu mendefinisikan bahwa berkomedi merupakan buah dari kecerdasan emosional. Orang yang memilki kecerdasan emosional paham betul tentang respon yang harus ia keluarkan. “Komedi itu introspective, karena mereka yang berkomedi saja menertawakan dirinya sendiri. Berdamai dengan keadaan,” tuturnya di pangung TEDxTalks.
Ketersinggungan merupakan hal yang diambil, bukan diberi, karena itu kita dapat memilih untuk tersinggung atau untuk tidak menghiraukannya.
Agar terkesan lebih serius, mari kita tutup artikel ini dengan quote dari bible:
“The thing that hath been, it is that which shall be; and that which is done is that which shall be done: and there is no new thing under the sun.” -Ecclesiastes 1:9. (*)
Find me on:
Instagram.com/fikar199
Bit.ly/LinkedIn-Fikar
www.miracleseed.co (come to you very soon)
Muhammad Iftikar, Zetizen Icon Boy 2018 yang tengah menjalankan studi di Poltekpar Bali.
cucok
BalasHapus😁
BalasHapus