Cerpen Muhammad Agazzy Wahyu
Pandemi yang sedang melanda, menyurutkan semangat sebagian besar orang untuk berusaha. Berbagai kesulitan dialami mulai dari berkurangnya pendapatan, hingga kehilangan pekerjaan. Tetapi tidak bagi pemuda satu ini. Di tengah-tengah pandemi, ia justru mengukir prestasi membanggakan.
Asep Supriatna, nama lengkapnya. Pria yang akrab disapa Asep ini dari Tangerang yang memiliki latar belakang keluarga sederhana. Ayahnya seorang guru ngaji dan ibunya ibu rumah tangga. Asep bungsu dari empat bersaudara. Ia tinggal di pondok pesantren alias kobong. Kegiatan sehari-harinya pagi hingga sore, sekolah di SMA negeri di Tangerang sementara sore hingga malam belajar agama di pondok pesantren.
Asep ini siswa kompeten di bidang akademik. Ia juara kelas tahunan. Alih-alih pintar soal agama karena seorang santri, ia juga cerdas hitung-hitungan matematika maupun rumus-rumus fisika. Ini yang membuat Asep selalu menjadi juara di kelas bahkan juara umum di sekolah. Ia juga mewakili sekolah pada olimpiade sains.
Menjelang kelulusan, ia mendaftarkan diri ke universitas negeri kelas atas. Ia diterima melalui jalur undangan di dua universitas karena segudang prestasi yang dimiliki. Akan tetapi, ia lebih memilih saran orangtuanya untuk belajar kembali agama Islam guna melanjutkan studi pesantrennya. Akhirnya ia mengikuti seleksi beasiswa untuk bisa menempuh pendidikan di Kairo, Mesir. Ia menjalani serangkaian tahapan.
Siang dan malam silih berganti, waktunya ia habiskan di pondok pesantren untuk belajar dan mengulang-ulang materi yang sudah diajarkan ustadznya. Tak jarang, ia pun kerap berdiskusi dengan teman ataupun gurunya. Doa dan restu dari orangtua sangat penting karena itulah ia memilih melanjutkan studi keagamaan. Dengan dorongan sebegitu rupa, ia semakin semangat dan yakin bisa lolos seleksi ini.
Hari seleksi tiba, Asep dengan semangat mengikuti tahapan seleksi. Waktunya menunggu pengumuman. Asep berharap bisa lolos ke Mesir karena itu cita-citanya yakni membanggakan kedua orangtuanya.
Kerja kerasnya berbuah manis, ia lolos. Tangis bahagia tak terbendung.
Menjelang keberangkatan, semua berkas dipersiapkan. Ia pun mengemas pakaian dan memasukkannya ke dalam koper besar.
Ketika sedang berkemas, Ibu Asep menghampiri dan berbicara. “Alhamdulillah ya Nak, kamu berhasil diterima beasiswa ini. Ibu berharap kamu bisa memaksimalkan kesempatan ini.”
Asep menyahut “Iyaa Bu, Alhamdulillah. Asep juga gak nyangka bisa diterima beasiswa. Ini kesempatan besar buat Asep wujudin mimpi Asep dan keinginan Ibu. Asep gak akan menyia-nyiakannya Bu,” sahut Asep.
Pembicaraan berlangsung panjang lebar, hingga pada akhirnya Ayah Asep yang baru pulang dari mengajar, ikut bergabung memberikan nasihat dan motivasi. “Nak, Ayah dan Ibu gak bisa memberi banyak bekal, tapi insyaAllah, doa kami selalu menyertaimu. Kami hanya memberimu satu pesan. Selama di sana, jagalah solat kamu. Itu yang paling penting,” itu kata sang ayah.
“Baik Pak, Bu. Asep akan menjaga solat selama di sana. Asep juga gak akan lupa mendoakan Ayah dan Ibu. Asep bisa sampai titik ini semua berkat doa orangtua. Gak mungkin Asep bisa lolos beasiswa ini tanpa doa dari Ayah dan Ibu,” jawab Asep.
Malam itu menjadi malam motivasi bagi Asep. Kedua orangtuanya memberikan wejangan kepadanya di waktu yang tepat. Seusai pembicaraan itu, Asep melanjutkan mengemas pakaiannya. Selama mengemas, terkadang air matanya jatuh mengingat pesan dari orangtuanya. Tetapi Asep menyemangatkan dirinya sendiri bahwa ia pergi ke Mesir bukan untuk foya-foya, melainkan menimba ilmu agama untuk membanggakan kedua orangtuanya. Hal itulah yang kemudian menjadi motivasi lebih untuk Asep.
Hari keberangkatan pun tiba. Asep terbangun dari tidur dan mempersiapkan diri solat subuh. Seusai solat, orangtuanya menghampiri dan berkata “Nanti kami antar kamu ke bandara ya Sep”.
“Iya Pak, terima kasih.”
Ayah menyewa mobil untuk mengantarkan Asep ke bandara. Ayah, ibu, dan saudara Asep yang lain pun ikut mengantar. Asep keluar untuk berpamitan kepada para tetangga rumah. Mereka ikut memberi motivasi.
Selama di perjalanan, ayahnya memutar murottal untuk menenangkan hati Asep agar tidak tegang. Perjalanan menuju bandara di tempuh selama dua jam perjalanan. Setelah dua jam lewat sedikit, mereka sampai di bandara dan langsung menuju titik kumpul para peserta sebelum berangkat menuju Mesir.
Selama menunggu keberangkatan, orangtua Asep senantiasa mendampingi. “Nak sekali lagi ingat ya pesan Ayah. Sebentar lagi kamu berangkat kesana. Ayah berharap kamu bisa berkembang lebih jauh disana,” pesan Ayah Asep.
“Baik Pak, terima kasih banyak atas pesan dan motivasinya,” jawab Asep.
“Baik-baik kamu di sana ya Nak,” kata ibunya.
“Iyaa Bu, Asep jaga diri baik-baik,” jawab Asep sambil berlinang air mata.
Ibu pun menyeka air matanya dan mereka bertiga berpelukan untuk saling menguatkan. Para saudaranya pun turut menyemangati Asep dan meyakinkan dirinya.
Setelah berpisah dengan orangtua dan saudara-saudaranya, Asep bergegas menuju pintu keberangkatan. Ia melangkah dengan yakin bersama teman-teman beasiswa lainnya. Orangtuanya melambaikan tangan mengiring langkah Asep. Sesekali Asep melihat ke belakang untuk melihat orangtuanya. Orangtuanya melihat dari kejauhan, Asep berjalan memasuki garbarata pesawat. Tak lama, pintu pesawat ditutup dan bersiap untuk take off.
Selama pesawat bersiap take off, orangtuanya menatap pesawat sambil berharap anaknya mendarat dengan selamat. Mulutnya terus berzikir dan berdoa mengiringi pergerakan pesawat. Akhirnya pesawat masuk jalur run way dan bersiap untuk take off. Pesawat pun terbang mengantar anaknya menuju Mesir. Setelah terbang, orangtuanya pun kembali ke mobil dan bergegas pulang ke rumah.
Babak baru kehidupan telah dimulai. Asep sekarang hidup di negeri orang dengan tujuan menimba ilmu. Hari-harinya semakin produktif dengan diisi kajian-kajian keilmuan. Solatnya pun semakin terjaga karena circle teman-temannya yang soleh. Di sana, Asep selalu ingat pesan orangtuanya dan senantiasa mendoakan mereka. (*)
Muhammad Agazzy. Mahasiswa UIN Banten jurusan KPI. Tinggal di Tangerang. IG : @muhammadagazzy_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar