Terbaru

Layangan Putus

Kamis, 13 Oktober 2022

Ilustrasi Layangan Putus.


Puisi : Zidan Febriansyah

      

Sore itu, di bawah mentari yang mulai condong sirnanya

aku terbangkan layanganku

Layangan yang ku sayang

Layangan yang ku dambakan

 

Tanpa rasa takut, 

Ku ulurkan benang gelasan

Benangnya ku buat spesial, 

untuk layang yang puaaalingg spesial

1…. 2… 3…. Pelan-pelan ku ulur  

layangan ku

 

Begitu, dengannya…

Beriring dengan layanganku di terbangkan

Aku pun menerbangkan ia,

Menerbangkan hingga menjadi seorang nirmala yang di akui banyak orang..

 

Layangan kesayanganku semakin membentang tinggi,

dengan angin yang tenang, sambil berteduh di bawah pohon nan rindang,

tanpa rasa khawatir sedikit pun dengan  

layangan dan juga dengannya..

 

Senang rasanya ketika mereka sudah tinggi..

Indah di lihat…

gemerlap…

menggoda mata nan penuh warna yang tersirat di hati…

 

Namun, ternyata…

Di ketinggian, angin tak selamanya tenang

Langit tak selamanya cerah menandakan baik-baik saja

Diatas…

Badai terjadi dengan begitu saja, tanpa melihat perasaan hati yang di rasa..

 

Layangan yang ku sayang

Harus putus ketika sudah terbentang

Begitupun dengannya, yang harus berpaling ketika sudah menjadi nirmala yang di dambakan..

 

Terluka rasanya,

Namun tak ada tetesan darah..

Ya Tuhan…

Luka ini lebih sakit dari pada koreng yang menganga dengan lendir nanah yang membanjir…

 

Dia..

Si Nirmala itu…

Dengan teganya meninggalkan ku..

Meninggalkan seorang arjuna..

Arjuna yang membawanya dari titik rendah

Hingga menjadi seorang nirmala,

Aku akhirnya terpedaya bagai boneka

Menjadi bisu bagai patung

Aku tertipu hidup hidup, YaAllah…

 

Dia begitu lihai bagai belut

Licin dan pandai memilin kata

Hingga dengan mudahnya dia memakanku

Hingga dengan mudahnya aku di lemparkannya,

Aku terpedaya oleh setan

Yang berbadan manusia dan berhati setan

Dia mengucap ribuan manis dan angan

Ia menerbangkanku ke langit dengan kuda putih

 

Aku termakan kata katanya

Aku tertelan rupanya

Aku terkurung liciknya

Aku berhasil di terkamnya

 

Ia makan aku hingga debu

Ia buang aku ke sampah 

Ia tinggalkan aku yang berdarah

Ia kejar mangsa baru

 

Hingga akhirnya…

Aku sadar, ia lebih  nyaman dengan kehidupan barunya..

Kehidupan menjadi Nirmala yang di sanjung-sanjung nan penuh pujian

Bahkan, ia rela melakukan apa saja demi orang yang baru ia kenal

Beda halnya denganku, hanya sebuah permen,

yang hanya di jilat ketika manis saja…

 

YaAllah…

Dengan penuh penyesalan, aku hanya berpasrah

Berpasrah karena telah mengenalnya dan menerbangkannya..

Aku hanya bisa ikhlas untuk kehilangan layangan yang putus dan

juga Nirmala dutsa…

Rangkasbitung, 2022

 

Zidan Febriansyah, Zetizen Jurnalistik 2021, mahasiswa UIN SMH Banten

Tidak ada komentar:

Posting Komentar