Ilustrasi dari film Sang Pemimpi
Oleh Angga Ardiantoro
Tidak terasa waktu bergerak cepat. Dulu yang masih bisa ketawa haha hihi sekarang mulai berpikir ini itu. Semua persoalan diri sendiri, kecemasan, percintaan, masa depan hingga faktor eksternal dari orang lain akan ekspektasi dan tuntutan, dirasa tidak terlepas dari seseorang yang berusia 20-an sekarang.
Makin kesini makin sadar akan tanggung jawab atas hidup diri sendiri. Jawaban “baik-baik saja” seakan hanya formalitas semata atas pertanyaan “Apa kabar ?”. Terkadang berpikir bahwa menunjukan sikap baik-baik saja akan membuat lawan bicara kita tidak terbebani atas masalah diri sindiri.
Tidak sedikit orang pernah berpikir di masa kecil untuk cepat tumbuh dewasa dengan ekspektasi bahwa menjadi dewasa akan lebih menyenangkan. Lalu apa kabar kalian sekarang yang dulu pernah berpikir begitu?, sesuai ekspektasi kah?, atau justru malah menjadi dewasa adalah hal yang sulit untuk dijalani?
Usia 20-an bisa dibilang menjadi usia penentu masa depan seseorang. Usia di mana terjadi transisi dari remaja ke dewasa yang sedang mengalami pencarian identitas dengan diiringi pencarian jati diri. Usia di mana kita mulai mempertanyakan diri sendiri akan seperti apa tujuan kehidupan yang ingin kita jalani nantinya. Fase yang sangat mungkin dialami oleh setiap orang dalam hidupnya. Situasi ini kerap dikenal sebagai quarter life crisis (QLC).
Menurut psikolog klinis Dr. Alex Fowke, quarter life crisis merupakan masa di mana seseorang mengalami ketidakamanan, keraguan dan kekecewaan seputar karir, hubungan dan situasi keuangan. Ini terjadi datang setelah perubahan besar masa remaja dan biasanya melibatkan keraguan diri dalam menghadapi stres yang terkait dengan menjadi dewasa, dan biasanya terdapat tuntutan sosial yang rata-rata usia 20-an sudah punya pasangan, ada target-target tertentu keinginan kerja di perusahaan impian dan lain-lain.
Ketika seseorang mengalami hal ini mereka mungkin akan meminta nasihat anggota keluarga atau teman tepercaya, tidak jarang juga memilih untuk mencari konseling profesional. Namun masih sering juga seseorang merasa insecure ketika melihat pencapaian orang lain di saat usianya tak terpaut jauh dari dirinya. Memang serasa tertinggal jauh dan mempertanyakan diri sendiri apa yang dilakukan selama ini. Tapi terkait apa yang dilihat itu semua adalah hasil dari sebuah usaha. Ketika seseorang memperjuagkan apa yang mereka inginkan dan mendapatkannya dengan berusaha keras itulah pencapaian.
Bicara tentang pencapaian atau mimpi sebenarnya hanya satu hal yang penting “Just Do It”. Ketakutan dan penundaan akan jadi hambatan untuk meraihnya. Memulai hal yang baru memang menjadi langkah awal yang berat, tapi ketika seseorang berani untuk memulai artinya berani untuk mengambil tindakan dan mengubah diri menyambut yang baru dalam hidup.
Menjadi sukses itu butuh proses. Semakin awal mempersiapkan diri, maka akan semakin tangguh seseorang menghadapi berbagai macam situasi. Belajar dari masa lalu dan kegagalan akan menjadi sebuah lentera berharga untuk menerangi jalan yang tidak bisa kita kira sebelumnya. Bila seseorang dapat mencerna kegagalan dengan baik untuk evaluasi dan improve diri maka akan jadi pijakan untuk meraih sesuatu yang lebih besar di masa mendatang.
Sukses bukan sekadar tentang uang. Uang bisa mengikuti jika bisa mengambil sikap dengan benar. investasikan skill diri untuk menunjang masa depan, jangan pernah sia-siakan pemikiran dan fisikmu diusia muda ini. Selalu optimalkan apa yang ada dan yang kita bisa lakukan sekarang, jangan sampai meneyesali di kemudian hari, hanya karena banyak berpikir dan membuang tenaga secara sia-sia.
Kehidupan ini punya berbagai cara untuk membuat setiap orang melakukan kesalahan. Manfaatkan kesalahan tersebut jadi kesempatan untuk berkembang, lantas mengapa kita perlu membanding-bandingkan pencapaian diri dengan orang lain. Jika kita bisa menjadi diri sendiri dengan versi terbaik. Karena diri sendiri adalah eksistensi terbaik yang tidak bisa dibandingkan dengan orang lain. Tetap fokus dan bergerak kearah yang lebih baik, hidup memang bukan sebuah perlombaan atau balapan, tapi sudah seberapa bergunanya seseorang bagi lingkungannya. Eksplor potensi terbaikmu sebagai warna tersendiri dari dirimu dan tidak lupa selalu berbagi kebaikan atas apa yang dicapai.
Angga Ardiantoro, mahasiswa S1 Akuntansi Universitas Pamulang | IG : @ardirangga_5 | Email : anggaardiantoro55@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar