Cerpen Firli Azkiya Rahmania
Malam itu seorang gadis menatap cerahnya bintang, netranya begitu lama menatap. Tanpa ia sadari ia mengeluarkan cairan bening membasahi pipi.
"Tuhan aku ingin seperti bintang yang terang begitu indah dan berada di langit menakjubkan. Tuhan aku mulai lelah tapi aku tak ingin mengecewakan orangtuaku yang banyak berkorban untukku. Tuhan, kuatkan aku.”
Ia adalah anak SMA yang sudah banyak menelan pahit hidup sedari kecil. Ia berasal dari keluarga sederhana. Sang ayah, Udin, hanyalah petani yang menggarap sawah milik orang lain. Sedangkan ibunya Nurlela, hanyalah buruh cuci. Kakak dan adiknya yang masih menempuh pendidikan. Ini alasan ia harus belajar lebih keras untuk meraih beasiswa demi melanjutkan pendidikan.
Ia juga harus mandiri dan membantu orangtuanya untuk memenuhi kebutuhan hidup, yakni dengan berjualan di sekolah dan di luar sekolah. Di sekolah, ia anak yang aktif, hampir semua ekstrakulikuler diikutinya.
Ia juga anak yang berprestasi. Karena itu ia jarang memiliki waktu bermain seperti remaja lainnya, keadaan mengharuskannya berusaha lebih keras.
Dialah Dira Salsabila, gadis yang sedang berjuang meraih mimpi, walau ia tahu tak kan mudah. Ada banyak rintangan yang harus dihadapi, ada jalan terjal yang harus dilewati.
Diremehkan, dihina , gagal, seringkali menerpanya. Ia adalah anak yang tangguh.Ia selalu menyembunyikan segala rasa lelah dan kesedihan dengan senyuman. Baginya, orang lain tak perlu tahu hal itu.
Kesedihaan ia tumpahkan dalam kesendirian, menangis ketika sendiri terasa menenangkan baginya. Hanya Tuhanlah tempat ia bersandar, menumpahkan segala rasa yang berkecamuk dalam hatinya.
Terkadang Dira ingin menyerah, ia tak tega dengan orangtuanya yang terus bekerja keras demi dirinya dan saudara-saudaranya, di usia mereka yang tak lagi muda.
Tanpa ia sadari, Sang ibu sedari tadi tengah memperhatikannya. Ia tahu apa yang dipikirkan putrinya. Nurlela adalah sosok ibu yang begitu luar biasa, pengorbanannya begitu besar, seringkali ia mengabaikan dirinya sendiri demi keluarga. Ia selalu menyembunyikan kesedihan meskipun pada akhirnya tetap diketahui anaknya. Nurlela lah yang menjadi inspirasi terbesar bagi anak-anaknya dalam meraih impian.
"Dira," Panggil Nurlela sambil menepuk pelan bahu Dira.
"I..i..iya Bu," jawab Dira dengan terbata-bata karena kaget akan kedatangan ibunya, lalu bergegas menghapus air matanya.
"Dira, sini duduk dulu Nak, Ibu mau bicara," ajak Nurlela lembut. Dira pun segera duduk menghampiri ibunya.
"Dira, Ibu tahu apa yang kamu pikirkan, kamu lelah dan ragu kan untuk melangkah meraih mimpimu? Dengarkan Ibu, Nak. Ibu yakin kamu anak yang kuat, hebat, pantang menyerah. Ibu yakin kamu bisa berhasil Nak. Jangan pikirkan ibu dan ayahmu, sudah kewajiban orangtua untuk bekerja keras demi anak-anaknya. Ibu akan bahagia melihatmu berhasil. Ingat Nak, Tuhan itu Mahabesar, Mahakuasa, kuatkan keyakinanmu kepada-Nya. Bukan melihat dulu baru kita percaya, tapi percayalah baru kita akan melihat dan merasakan keajaiban Tuhan dalam hidup ini, Tuhan akan selalu memberi jalan. Rintangan yang ada itu sudah biasa, justru itulah ujian kita apakah kita layak untuk menjadi orang sukses yang berhasil meraih mimpinya atau tidak. Syukuri apa yang kamu miliki. Manfaatkan sebaik-baiknya, Jangan pernah menyerah ya Nak." Itu nasihat panjang sang ibu.
Dira tak kuasa menahan air mata. Ia menangis dan memeluk ibunya. Semangatnya kini semakin menggebu. Sekarang ia mulai menguatkan tekad bahwa apapun yang terjadi ia akan terus berusaha sekuat mungkin dan berdoa untuk meraih mimpinya seperti bintang yang bersinar terang.
"Makasih ya Bu, nasehat Ibu akan selalu Dira ingat dan lakukan. Makasih atas semua pengorbanan Ibu, Dira sayang Ibu".
"Iya Nak, Ibu juga sayang sama kamu".
Keesokan harinya Dira berangkat sekolah seperti biasa dengan membawa gorengan yang ia jajakan. Karena terburu buru ia tak sengaja menabrak Friska yang sedang meminum jus, jus Friska pun tumpah ke seragamnya.
"Lo punya mata gak sih, baju gue jadi kotor. Pokoknya gue gak mau tahu, lo harus tanggung jawab!" bentak Friska kepada Dira.
"Maaf Friska aku gak sengaja, aku bersihin baju kamu ya, " jawab Dira sambil membersihkan baju Friska dengan tisu yang dibawanya.
"Apaan sih lo jijik gue sama lo, dasar gak tahu diri. Lo tuh cuma anak beasiswa di sini berani-beraninya lo cari masalah sama gue!" bentak Friska sambil mendorong Dira hingga terjatuh dan membuang gorengannya ke tempat sampah.
"Friska tolong jangan dibuang, aku cuma mau bantu orangtuaku." Tapi Friska tak peduli, ia tetap membuang gorengan Dira.
"Kamu keterlaluan Fris!" Dirapun segera berlalu meninggalkan Friska.
Ini bukan pertama kalinya diperlakukan demikian. Tak hanya Friska, banyak temannya yang tak suka dengannya. Mereka adalah anak orang kaya yang angkuh dan suka merendahkan orang lain, Mereka menganggap Dira tak selevel dengannya, sehingga sering menghina dan memperlakukan Dira dengan tidak baik. Sedangkan temannya yang lain hanya diam, tak membela.
Meskipun begitu Dira tak pernah melaporkan mereka ke pihak sekolah, karena menurutnya hanya akan menambah rasa tidak suka teman-teman kepadanya. Ia juga tak ingin keluarganya tahu karena tak ingin mereka sedih dan khawatir. Ia tak peduli semua itu, baginya itu hanya sebuah ujian yang harus dijalani dengan kebesaran hati. Ia akan tetap bertahan dan fokus pada tujuan untuk meraih impian.
Dira ingin menjadi pengusaha sukses. Kelak jika mimpinya tercapai ia tidak akan membiarkan orangtuanya bekerja. Ia ingin membiayai adiknya hingga sukses, membantu orang-orang yang membutuhkan dan membantu anak-anak yang kurang mampu agar dapat mengenyam pendidikan tinggi.
Beberapa tahun kemudian...
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Saat ini Dira berada di aula kampus yang luas menunggu pengumuman lulusan terbaik bersama teman-temannya.
"Hadirin sekalian, inilah saat yang kita tunggu-tunggu, lulusan terbaik Universitas Nusa Bangga. Selamat kepada Dira Salsabila.”
Suara MC terdengar begitu menegangkan. Tepuk tangan riuh meramaikan Aula. Dira begitu terharu mendengarnya, akhirnya semua perjuangan yang ia lakukan tidak sia sia.
“Kepada Dira Salsabila beserta orang tua di persilahkan naik ke atas panggung.”
Setelah penyerahan piala dan penghargaan lainnya, Dira pun dipersilahkan untuk menyampaikan sambutan.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah, sungguh saya tak menyangka dapat berdiri di sini. Terima kasih kepada orangtua Dira, Ibu dan Ayah yang begitu luar biasa, perjuangan dan pengorbanan kalian tak kan pernah Dira lupakan. Tanpa doa kalian Dira bukanlah apa-apa, Dira bukanlah siapa-siapa. Terima kasih kepada keluarga, dosen- dosen, dan teman teman semua yang telah mendukung saya selama ini. Tanpa kalian saya tak kan bisa sampai di titik ini.
Saya ingin mengatakan, apapun yang terjadi jangan pernah menyerah, karena Allah akan selalu memberi jalan selagi kita terus berusaha. Berdoa dan percaya pada kuasa-Nya. Mimpi itu bisa kita wujudkan asalkan kita sungguh-sungguh dalam memperjuangkannya. Jadilah seperti bintang yang bersinar terang. Terima kasih.”
Setelah menjadi sarjana, Dira mulai bekerja hingga dipercaya sebagai manajer keuangan di sebuah perusahaan besar dengan gaji besar. Orangtuanya tak perlu lagi bekerja dan ia dapat membantu orang lain. Ia bekerja dengan tekun, disiplin, jujur, dan penuh dedikasi. Akhirnya tak butuh waktu lama Dirapun dapat memiliki perusahaan sendiri dan membuka lapangan kerja untuk banyak orang.
Kini, Dira sangat bahagia, impiannya akhirnya dapat menjadi nyata. (*)
Firli Azkiya Rahmania, siswi MA Cisaat filial MAN 1 Serang kelas XI. Akun Instagram @firliazkiyarahmania. TInggal di Kp. Cipayung Masjid RT 001 RW 001, Desa Cipayung, Padarincang, Kabupaten Serang, Banten.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar